Senin, 04 Januari 2010

Architectonic



Arsitektonik (architectonic) : struktur logis yang diberikan oleh akal (terutama melalui pemanfaatan pembagian berlipat-dua dan berlipat tiga), yang harus digunakan oleh filsuf sebagai rencana untuk mengorganisasikan isi sistem apa pun.

Arsitektonis dapat berarti: 


  •    Berkaitan dengan arsitektur, atau menunjukkan kualitas arsitektur
  •        Di Aristotelianisme, serta Kantianism, sistematisasi dari seluruh pengetahuan         
  •        Dari atau berhubungan dengan arsitektur atau arsitektur metode, prinsip, dll 
  •        Memiliki struktur atau desain dari jenis yang dianggap sebagai arsitektur
  •        Yang berkaitan dengan arsitektur atau susunan pengetahuan.
  •        Menyarankan dalam musik atau patung misalnya kualitas arsitektur. 
  •        Dalam bentuk jamak, ilmu arsitektur atau memesan sistematis pengetahuan.
  •        Berkaitan dengan, atau karakteristik arsitektur, desain dan konstruksi 
  •        Berkaitan dengan sistematisasi ilmiah totalitas pengetahuan













ARSITEKTONIK SEIRING PERKEMBANGAN JAMAN

Arsitektur pada dasarnya adalah merupakan produk jaman. Oleh sebab itu setiap studi tentang arsitektur sebenarnya terkait erat dengan segala upaya penafsiran/pemahaman terhadap makna obyek atau tanda-tanda yang membentuk arsitektur tersebut terhadap jamannya. Pembacaan wujud arsitektur sebagai teks harus juga dipahami dalam konteksnya sebagai perwujudan dari jamannya. dan akan memiliki perbedaan yang jelas, seperti bagaimana wujud
arsitektur di suatu era mengalami perubahan yang memang terasa, bukan hanya dari sisi visual tapi juga makna yang terkandung di dalamnya.

Oleh karena itu, dengan melihat teks dan konteks kondisi perwujudan arsitektur sangat dipengaruhi sekali oleh jaman, seperti:

o Pengaruh faktor-faktor non-fisik, selain faktor-faktor fisik didalam penciptaan arsitektur yang setiap jamannya berbeda-beda satu sama lain.



o Terbentuknya arsitektur yang bermakna (meaningful life), yang terkait dengan warisan jaman.



o Wujud arsitektur tidak bermakna tunggal, sehingga keunikan jaman tetap dapat terlihat.



o Keberadaan arsitektur yang memiliki unsur-unsur metaforis, simbolik maupun unsur mistik di dalam suatu jaman yang melatarbelakangi terbentuknya wujud arsitektur.




Dapat disimpulkan bahwa perwujudan arsitektur yang dihasilkan dalam rentang jaman akan selalu memiliki karakteristik yang khas walaupun saling mempengaruhi satu sama lain. Kondisi ini dibuktikan oleh adanya proses kritik ketika pada suatu jaman mengalami sebuah kebosanan yang akut dan mengharuskan terjadinya proses kritik. Hal ini pernah diulas dalam jurnal L’Esprit Nouveau oleh Le Corbusier dan Ozenfant bahwa untuk memunculkan bentuk baru kita harus dapat melihat sisi lemah dari bentuk lama lalu memperbaikinya.

Berawal ketika umat manusia berjalan dengan langkah terbata-bata menelusuri sebuah dasar ketidaktahuan akan alam semesta, lalu mencoba membaca alam semesta dengan berbagai metode. Berpikir tentang alam semesta lalu menyimpulkan alam semesta (induksi), dan melihat fenomena alam semesta lalu berpikir dan meyimpulkannya (deduksi). Maurice Marleu Ponty menyebutnya sebagai fenomenologi tubuh, yaitu membuat manusia bersituasi, tertanam, dan menyejarah sebagai langkah di dalam rentang waktu yang melahirkan sejarah (the birth of history).

Tahun 500 SM di Yunani diklaim sebagai masa munculnya (raison d ‘etre) tradisi arsitektur. Secara etimologi, kata arsitektur atau arche-tekton lahir dari tradisi Yunani. Dalam ranah metode berpikir Yunani terdapat pola pencampuran antara mitologi, mistisisme, dan matematika yang terangkum dalam ilmu filsafat Yunani. Dari dasar itulah terbentuk wujud arsitektur Yunani seperti arsitektur kuil tempat pemujaan terhadap dewa (kuil Parthenon), sistem proporsi matematis Golden Section yang lahir dari konsep Pythagoras serta kolom -kolom Doric, Ionic, Corinthian sebagai sistem simbol feodalisme Yunani.

Vitruvius berhasil mengalihkan perhatian dunia dan menembus batas jaman dengan menyusun naskah arsitektur pertama berjudul The Ten Books of Architecture. Sebagai bangsa Romawi Vitruvius berjalan tegap dengan angkuh melirik warisan tradisi bangsa Yunani sebagai bangsa jajahannya dan mencoba untuk mengambil keuntungan darinya, dalam rangka memperbaiki selera estetis bangsa Romawi yang pada saat itu hanya mengetahui cara berperang untuk memperluas kekuasaannya (will to power).

Seiring dengan berjalannya waktu, Vitruvius mencoba memodifikasi dengan menambahkan sentuhan pada khasanah arsitektur Yunani dengan harapan bangsa Romawi memiliki ciri khasnya sendiri. Vitruvius berkontribusi besar terhadap kemajuan arsitektur Romawi yang mengambil dasar dari arsitektur Yunani. Selain menghunuskan pedangnya, bangsa Romawi juga memperkenalkan arsitekturnya kepada bangsa-bangsa diseluruh daratan Eropa. Dapat disebutkan bahwa kedua era itu ialah era arsitektur Klasik.

Setelah bangsa-bangsa Eropa terlepas dari kekuasan bangsa Roma, timbul kegelisahan yang sangat mendasar yaitu hilangnya orientasi akan wujud arsitektur. Bahkan era ini disebut era kegelapan bagi bangsa-bangsa di Eropa karena keluar dari kerangka berpikir Yunani sebagai raison d‘etre kemajuan arsitektur. Mulai berkembang tradisi-tradisi arsitektur yang bernuansa keagamaan yaitu arsitektur Romanesque dan arsitektur Gothic sekitar pada abad ke-13, yang mewujudkan arsitektur pada skala Tuhan dengan harapan mendekatkan manusia dengan Tuhan. Di era ini sistem nalar rasional dibungkam sehingga sisi kreativitas dibatasi yang mengakibatkan kemajuan terhambat di segala lini kehidupan termasuk arsitektur.

Di dalam carut marutnya realitas yang sudah tidak bisa lagi mengatasi permasalahan-permasalahan hidup yang diawali oleh terjadinya Revolusi Perancis pada abad ke-15, bangsa Eropa mulai kembali pada romantisme era klasik yang sarat dengan konteks nalar rasional. Era ini disebut era Renaissance (pencerahan) dan meninggalkan era arsitektur yang bernuasakan agama. Ditandai dengan diktum Cogito Ergo Sum- nya Rene Descartes (ketika aku berpikir maka aku ada), arsitektur dikembalikan lagi pada skala manusia (antroposentris) dan era itu kemudian disebut sebagai era arsitektur Renaissance.

Perkembangan budaya dan teknologi terjadi sangat pesat di era ini,ditandai oleh terjadinya revolusi industri di Inggris sekitar pada abad ke-19. Perkembangan ini juga mempengaruhi arsitektur yaitu dengan munculnya era arsitektur modern. Seperti judul novel Charles Dickens, “A Tale of Two Cities” yang menggambarkan sebuah situasi perkotaan di mana terdapat ketidakadilan dan kekumuhan di tengah kemewahan kota. Situasi ini segera menyadarkan bahwa perumahan buruh perlu segera diproduksi besar-besaran di Eropa. Revolusi industri menunjang kebutuhan ini akibat dari penemuan berbagai teknologi bahan dan teknologi konstruksi untuk kepentingan produksi massal. Juga penemuan mekanika modern elevator sehingga bangunan bisa dipanjangkan ke atas mencakar langit. Selain arah selera estetika ditujukan pada kelas sosial ke bawah, teknologi juga dihayati efek bentuknya, sedangkan rasionalisme arsitektonik mulai pula dijelajahi. Ornamen mulai dipercayai oleh Adolf Loos sebagai wujud kejahatan arsitektural (ornament is a crime) karena tempelan dari ukiran dianggap sebagai kebenaran yang palsu. Maka konsep modernisme memang semakin mengkristal ke arah rasionalisme dan fungsionalisme yang digali dari era pencerahan (Aufklarung).

Fungsionalisme menjadi tujuan akhir dari era ini. Filosofis “bentuk mengikuti fungsi” yang dicetuskan oleh Louis Sullivan di Chicago menjadi doktrin yang sangat disukai. Pernyataan “less is more” oleh Mies van der Rohe.menjadi sebuah manifesto yang sangat pas dengan logika industri bangunan, bahwa estetika arsitektur harus berdasarkan prinsip itu.

Dari tradisi modern kemudian lahir sebuah pemahaman yang mencari otentisitas dari arah manifesto arsitektur modern yaitu gerakan avant garde. Di era ini arsitektur modern, arsitektur tradisional, dan klasik adalah representasi dan simbol dari penindasan yang dilakukan baik oleh feodalisme maupun totalitarianisme arsitokrasi. Dalam era arsitektur avant garde, seluruh tuntutan fungsionalisme modern secara teknis harus dapat dirumuskan terlebih dahulu ke dalam program arsitektur baru. Program menyimpan aksi-aksi dan rasionalitas ini yang kemudian membimbing lahirnya tipe-tipe rancangan arsitektur baru yang menurut Pevsner “jika sejarawan arsitektur meremehkan gaya, ia mandeg sebagai sejarawan”.

Pada tahun 1980, Paulo Portoghesi, Charles Jencks dan kawan-kawan berhasil mengorganisir biennale arsitektur dengan tema”kekinian masa lalu” di sebuah arsenal tua di Venezia. Disusul oleh pameran keliling “revisi atas yang modern : arsitektur postmodern 1960-1985” yang diselenggarakan oleh Heinrich Klotz. Kedua pertunjukan itu menunjukkan terjadinya perubahan besar dalam arsitektur selama dua dekade terakhir. Di sana terlihat hilangnya formalisme kesederhanaan yang universal-internasional ini. Bentuk yang muncul dalam era ini selain terpecah-pecah juga sering tak beraturan,diisi oleh rincian dekoratif dan ornamental yang terasa alusif (merupakan referensi tak langsung). Tradisi telah disambung kembali walaupun tak persis sama.

Robert Venturi di dalam bukunya yang berjudul Complexity and Contradiction in Architecture mencela arsitektur modern yang baik dalam praktek maupun akademis didominasi oleh Meisianisme: “less is more”. Venturi mengkritisi Mies sebagai ”penyederhana besar” dan mengubah doktrinnya dari “less is more” menjadi “less is bore”. Venturi berkeyakinan bahwa arsitektur postmodern lebih mengutamakan elemen gaya hibrida (ketimbang yang murni), komposisi paduan (ketimbang yang bersih), bentuk distorsi ( ketimbang yang utuh), ambigu (ketimbang yang tunggal), inkonsisten (ketimbang konsisten), serta kode ekuivokal (ketimbang monovokal).


Arsitektonic 




Paolo Prima "Pertempuran San Romano", 1452


Apa arti istilah ini berarti bila diterapkan pada sebuah karya seni?
   
  Ketika sebuah lukisan ini disebut "arsitektonis" ini menunjukkan bahwa komposisi yang berirama, terstruktur & dikendalikan.



Paul Cézanne "Compotier, Pitcher & Buah", 1892

Jangan hampir semua lukisan memiliki elemen pengorganisasian ini?

      
     Ya, tapi itu menjadi masalah derajat. Artworks disebut "arsitektonis" memiliki struktur sebagai elemen dominan. 


Marsden Hartley "Blueberry Hill", 1931

     Jadi, seorang "arsitektonis" bekerja adalah memerintahkan ruang - seperti sebuah lukisan Matisse adalah tentang warna atau lukisan Ingres adalah garis.

Dalam bidang kreatif lain, apa yang berhasil dapat disebut sebagai "arsitektonis"?


Piet Mondrian "Broadway Boogie woogie", 1942

     A Bach fugue (audio klip) atau boogie woogie lagu (video / audio klip) berulang pameran elemen dan mematuhi batasan-batasan formal yang ketat untuk tingkat yang luar biasa. Paralel ini begitu kuat sehingga Piet Mondrian - pelukis yang paling arsitektonis - judul salah satu lukisan "Broadway Boogie woogie".

Apakah "arsitektonis" karya khas periode tertentu atau gaya?


Graham Nickson "Wali", 1992

     Pentingnya struktur, ritme & mengontrol bervariasi dengan periode artistik yang berbeda dan budaya. Sebagai contoh, kedua Perancis Neo-lukisan klasik dan miniatur Persia abad ke-16 sangat bergantung pada kerangka geometris.
     Seperti lukisan-lukisan pada halaman ini menunjukkan, kualitas arsitektonis telah muncul dalam berbagai karya dan genre selama 600 tahun lukisan Eropa. Fokus pada ruang terorganisir - apakah didasarkan pada matematika atau intuisi - tampaknya merupakan manifestasi dari keprihatinan komposisi tertentu dari individu seniman.



Model arsitektonis pada Musa Madaba Peta

oleh Guadalupe López Monteagudo



     Dalam Madaba Peta Musa orang dapat menemukan berbagai jenis konstruksi, beberapa dari mereka realistis dan lain-lain yang lebih simbolis. Ada beberapa representasi realistis dalam mosaik, 1 yang, meskipun mereka schematism konvensional, kadang-kadang telah memberi kontribusi pada studi topografi kota-kota kuno dan rekonstruksi monumen tertentu. Seperti halnya dengan batas trotoar dari Antiokhia atau Megalopsychia di Gereja Saint Stephen di Umm al-Rasas. Tetapi ada juga gambar simbolik yang tidak bermaksud untuk menggambarkan bangunan nyata, tetapi lebih untuk menyoroti makna mereka. Di sini saya akan menekankan formal daripada aspek-aspek ideologis dari struktur di Madaba arsitektonis, sebagai kenang-kenangan dari model sebelumnya yang berasal dari masa Romawi, dan juga sebagai bentuk-bentuk yang hidup di dalam seni abad pertengahan di daerah-daerah yang jauh seperti Spanyol.


     Di antara bangunan terwakili dalam Madaba Peta Musa yang sangat sering dan didefinisikan dengan baik tipe struktur sederhana, dengan dua menara. Mereka mengikuti pola villa Romawi akhir digambarkan dalam mosaik, dan didokumentasikan juga dalam Peta Peutinger, 2 meskipun keduanya dalam dokumen yang terakhir dan di Madaba Peta Musa beberapa bangunan sintetis tampaknya representasi kota-kota, dengan dua sisi menara dan pintu melengkung atau persegi panjang di tengah.


     Pola arsitektonis yang sama ini dapat ditemukan dalam penggambaran beberapa villae, paralel dengan mosaik dari Spanyol dan Afrika Utara. 3 fitur utama dari semua gambaran ini, khas dari seni Romawi akhir, adalah sifat sintetik mereka dan kurangnya proporsi dalam bangunan, di mana perspektif datar digunakan, bergabung dan superposing dalam satu pesawat unsur-unsur yang berbeda dari bangunan, seperti fasad, menara, dinding sisi dan peristyle. Fitur ini kemudian diteruskan kepada Medieval Bizantium dan seni. 4


     Menara villa, dengan varian dari galeri atau Loggia, digunakan dalam Madaba Peta Musa mewakili kota-kota berdinding pintu seperti Yerusalem, Askalon, Charach Moba (di sini dengan fitur tertentu bahwa salah satu menara digunakan juga sebagai dinding sisi dari sebuah bangunan dengan pediment), Zoora, Aia, Tharais, (Th) ekoue. 5
     Dalam Madaba Peta Musa melengkung kita menemukan pintu di banyak gedung. 6 pintu lengkung sering dalam menggambarkan kota dan bangunan di trotoar Bizantium lainnya yang berasal dari abad kelima-keenam.


     Sebuah konstruksi yang dibuat oleh galeri atau Loggia, berbentuk segi empat tubuh utama dua lantai dan tinggi atap miring ganda, dan dua menara di kedua ujungnya, diwakili dalam Madaba Peta Musa di bawah Athribis toponim, diidentikkan dengan Athrib Katakan, di Mesir; yang tempat yang disebut Terebinth, diidentifikasi dengan Hebron, juga memiliki sebuah gedung dengan dua benda, sebuah porticoed galeri dengan tiga kolom mendukung bersandar atap, dan sebuah bangunan dengan atap pelana pediment dan, di mana kita melihat fasad utama dengan pintu lengkung dan satu sisi dengan jendela persegi; porticoed ketiga konstruksi merupakan bagian dari kota Charach Moba. 7


     Peristyle setengah lingkaran didokumentasikan dalam Madaba Peta Musa di bawah prasasti dan Saint Zakharia Diospolis di Bet Zadhar, dan juga di Gaza dan Santo Victor. 8 The pseudoperipteral barisan tiang merupakan salah satu karakteristik arsitektonis yang menampilkan gambaran candi. 9


Gambaran dari "Smirna"



San Isidoro de León - España

     Jenis lain konstruksi terwakili dalam Madaba Peta Musa itu dengan jelas diidentifikasikan sebagai sebuah gereja oleh prasasti yang berlangsung dengan itu, meskipun digambarkan sebagai sebuah bangunan berbentuk skematik kurang memiliki mengidentifikasi salib (Gereja Philip, Terebinth, sumur Yakub, Betabara, Saint Lot , Betagla, Saint Victor, Diospolis). Miller K. berpikir bahwa pola arsitektural ini mengikuti garis besar konvensional dan bahwa gereja-gereja yang sangat berbeda digambarkan dengan cara yang sama. 10 Ini adalah empat persegi panjang yang disederhanakan konstruksi, fitur yang paling signifikan yang adalah bahwa fasad utama dengan pediment dan fasad sisi terlihat pada bidang yang sama. Rupanya model ini dapat ditemukan dalam kuil-kuil Romawi representasi, dan muncul dalam banyak dokumen dengan arti yang berbeda: kuil pagan dalam manuskrip Akhir Antiquity (Vergilius Vaticanus, Ilias Ambrosiana); rumah atau ruangan (mosaik Madaba, diidentifikasi oleh Iamnia toponim, dan Santa Maria Maior di Roma), dan makam Lazarus (lukisan dan paleochristian sarcophagous). Jenis arsitektonis tidak bergantung pada penggunaan bangunan, meskipun beberapa perbedaan detail, seperti barisan tiang pseudoperipteral bekerja di Bait Allah, tirai dan lampu-lampu di rumah, atau tangga akses dan podium yang tinggi di dalam kubur. Artinya, itu adalah bangunan stereotip, terlepas dari penggunaannya, yang membedakan periode Late Antiquity.
     Gedung yang sama ini didokumentasikan di dinding mosaik yang menghiasi kubah-Romawi Hispanik makam di Centcelles (Constantí, Tarragona), berasal dari pertengahan abad keempat. 11 Ada diwakili vila pedesaan dalam konteks berburu rusa, dilihat dari perspektif sudut dalam satu pesawat seperti dalam dokumen yang disebutkan di atas. Dinding samping mengungkapkan tiga jendela, sementara di fasad utama, cukup berjalan ke bawah, kita dapat melihat akses pediment dari pintu, satu jendela, dan sisa-sisa tembok; belakang, tampaknya ada menara persegi panjang dengan atap pelana dan tiga jendela dari lantai atas. Penggambaran parsial ini, dengan sangat dekat paralel dalam toponim Agbaron di Madaba Peta Musa, 12 tampaknya berhubungan dengan jenis vila dengan menara.
     Jenis konstruksi dengan dua wajah terlihat pada bidang yang sama, pediment, atap pelana, dan berbaris jendela pada fasad yang sering digunakan di trotoar dari Madaba Peta Musa mewakili konstruksi religius (Gereja Philip, Terebinth, Jacob's Well , Betabara, Saint Lot, Betagla, Saint Victor, Diospolis), dan bangunan terpadu di kota-kota Charach Moba (di sini dengan fitur khusus yang dinding samping dengan jendela yang pada waktu yang sama menara dinding pintu), Gaza, Yerusalem dan Pelousin. 13
     Jendela-jendela berjajar di fasad, yang juga diwakili dalam banyak mosaik Afrika Utara dari abad ketiga dan keempat, 14 dan penampilan mereka di menara-menara serta membuat jelas bahwa pencahayaan adalah kebutuhan utama dalam pembangunan pedesaan.
     Peta Mosaic yang Madaba menunjukkan, di bawah toponim Saint Elisa (sekarang Ain es-Sultan) dan St Yunus, apsidal berkubah atau struktur antara dua menara dengan atap datar, seperti di kota-kota Areopolis, Esbounta dan terwakili dalam Maiumas trotoar Ma'in; gedung lain, yang ini dibentuk oleh tiga unit melengkung, mengingatkan kita pada struktur termal di mosaik Romawi, dan diidentifikasi sebagai Maiumas juga, muncul di Madaba Peta Musa. 15
 
Berikut adalah "datar" penggambaran, "tersebar" atau dikembangkan ketinggian dari fasad bangunan.


     Di samping jenis sintetis representasi, baik itu kota-kota atau bangunan tertentu seperti gereja-gereja, di trotoar dari Madaba Peta Musa, ada kecenderungan yang disengaja untuk menggambarkan kota-kota secara keseluruhan. Dua jenis pola arsitektonis digunakan dalam mosaik ini untuk mewakili kota-kota, salah satunya dari asal Helenistik (Yerusalem, Gaza, Charach Moba, Behtlehem, Iamnia), dengan contoh-contoh dan juga di Gerasa dan Masjid Umayyah Damaskus; 16 dan tipe skematik dengan menara beratap datar bergabung oleh dinding, yang jumlahnya berubah sesuai dengan kota pentingnya (Archelais, Yerikho, Aia, Tharais, Zoora, Betsura, Safitha, Rinocorura, Elusa). 17 Bangunan sintetik terlihat, karakteristik khas Romawi di mana perspektif sering tidak logis dan tidak konsisten suatu kombinasi dari "biasa" dan "mata burung" panorama. 18 Fitur umum untuk semua gambaran ini adalah konsep latar belakang sebagai permukaan datar, dari mana bangunan "keluar" diletakkan di dalam sebuah tiga-dimensi. Ini ambiguitas dalam representasi panorama yang Kitzinger menggambarkan sebagai "latar belakang netral kedalaman tak terbatas". 19
     Diamati secara keseluruhan, kota representasi dari mosaik Romawi Hispanik-erat mengingatkan salah satu bangunan membentuk kota-kota Nikopolis, Iamnia, Yerusalem dan Gaza terutama dalam Madaba Peta Musa. 20
     Mereka semua dicatat dalam kelompok gambar yang berkembang pada saat yang sama di Timur dan di Barat mulai dari paruh kedua abad kedelapan. Mereka dokumen sehingga hubungan antara Hispania dan luar negeri dalam sebuah arus artistik kelahiran kembali dari perwakilan kota dan arsitektur yang didasarkan pada Kristen awal yang sama pada gilirannya pola-pola yang terinspirasi oleh gambar-gambar seni klasik, dan yang ditransmisikan dengan cara dari peta topografi keempat dan kelima berabad-abad, yang masih hidup hanya dalam salinan abad pertengahan, seperti Vergilius Vaticanus, Peta Peutinger, yang Notitia Dignitatum atau Agrimensorum Corpus Romanorum, yang model Romawi kuno bekerja dari sebelum abad keempat.
     Sebagai kesimpulan, kelanjutan dari ideologi arsitektonis mosaik topografi Madaba, Gerasa, Ma'in, dan Umm al-Rasas, berasal dari keenam pada abad kedelapan, menegaskan bahwa tradisi itu sangat mungkin terus-menerus sepanjang abad melalui peta-panduan dan cara ini mencapai Abad Pertengahan.


CATATAN


1. I. Ehrensperger-Katz, Les representasi de villes dans l'fortifiées seni paléochrétien et leurs dérivées Bizantium, Cahiers Archéologiques 19, 1969, 1-27; G. Mansuelli, La rappresentazione della città nell'arte tardo-romana e bizantina, XIX Corsi di Cultura sull'arte ravennate e bizantina, 1972, hlm. 239-244; J. Deckers, Tradisi und adaption. Bemerkungen zur Darstellung christlichen der Stadt, RM 95, 1988, hlm. 303-382; M. Piccirillo, The Mosaik di Um er-Rasas di Yordania, BA 51 / 4, 1988, hlm. 208 ss.; Id., Madaba. Le chiese ei mosaici, Milan 1989, hal. 83-93; id., The Mosaik dari Yordania, Amman 1993.
2. K. Miller, Peutingersche Die Tafel, Stuttgart 1962; A. dan M. Lewi, Itineraria Picta, Roma 1967.
3. T. Sarnowski, La perwakilan de villa sur les mosaïques africaines, Varsovia 1978; MP San Nicolas Pedraz, Arquitectura en los mosaicos pedesaan hispanos, XII su Convegno Studi di Afrika l'Romana (Olbia 1996), di tekan. Saya menghargai Dr San Nicolás Pedraz izin untuk berkonsultasi dan memanfaatkan unpublished nya bekerja.
4. N. Duval, arsitektur L'sur le plat en argent dit "à la vila maritim" de Kaiseraugst (Première moitié du ive Siecle: Essai d'un penafsiran), Buletin Monumental 146 / 4, 1988, hlm. 341-353; H. Schlunk dan M. Berenguer, La pintura mural asturiana de los siglos IX y X, Asturias 1991, hlm. 20-26, 83-94, buah ara. 11-19; G. Lopez Monteagudo, para las modelos Pinturas clásicos de San Isidoro de León, VI Jornadas de Arte sobre "La RT clásico del mundo en el arte español" (Madrid 1992), Madrid 1993, hal. 25-35, buah ara. 1-7.
5. Piccirillo, Madaba. Le chiese ei mosaici, hal. 83-93.
6. Ibid
7. Piccirillo, Madaba. Le chiese ei mosaici, hal. 87, 88, 93.
8. Piccirillo, Madaba. Le chiese ei mosaici, hal. 87-92.
9. E. billig, Spätantike Architekturdarstellungen aku, Stockholm 1977, hal. 47-80, ara. 10.
10. K. Miller, Die Weltkarte des Castorius, Ravensburg 1887, hal 93.
11. H. Schlunk, Die Mosaikkuppel von Centcelles, Mainz 1988, hlm. 111-112, pastur. 45a dan 46b, TAF. 12.
12. Piccirillo, Madaba. Le chiese ei mosaici, hal. 82 dan 88.
13. Piccirillo, Madaba. Le chiese ei mosaici, hal. 87-93.
14. A. Carandini, Ricerche sui problemi dell'ultima pittura tardo-Antica bacino nel del Mediterraneo, Arch. Clas. XIV, 1962, tav. XCV, 1; G. Ville, La maison et la mosaïque de la Chasse à Uthique, Karthago XI, 1961-1962, pl. Aku c; Dunbabin, The Mosaik Romawi Afrika Utara, pl. 35-36, 112-113; Sarnowski, La representasi de villa, hal 84.
15. Piccirillo, Madaba. Le chiese ei mosaici, hal. 87-89, 232-233.
16. H. Stern, Notes sur les mosaïques Dôme du du Rocher et de la Mosquée de Damas, Cahiers Archéologiques 22, 1972, hlm. 217-225.
17. Piccirillo, Madaba. Le chiese ei mosaici, hal. 82-93.
18. PH Blanchenhagen, Narasi dalam Helenistik dan Romawi Seni, AJA 61, 1957, hlm. 79-83.
19. E. Kitzinger, Sumber aliran Pavement Mosaik Perkembangan di Timur Yunani dari Zaman ke Zaman Konstantinus Justinianus, CMGR aku, Paris hal. 341-352.
20. Piccirillo, Madaba. Le chiese ei mosaici, hal. 87-93.

 Artikel ini pertama kali diterbitkan di: The Madaba Peta Centenary 1897-1997, Yerusalem 1999, 256-258.







Arsitektonis of Pure Reason.











     Dengan istilah arsitektonis Maksudku seni membangun suatu sistem. Tanpa kesatuan sistematis, pengetahuan kita tidak bisa menjadi ilmu pengetahuan; itu akan menjadi agregat, dan bukan sebuah sistem. Demikian arsitektonis adalah doktrin ilmiah dalam kognisi, dan karena itu harus merupakan bagian dari metodologi kita.


     Alasan bisa tidak mengizinkan pengetahuan kita untuk tetap dalam rhapsodistic tidak berhubungan dan negara, tetapi mensyaratkan bahwa jumlah kognisi kita harus merupakan sebuah sistem. Dengan demikian saja bahwa mereka dapat memajukan ujung alasan. Dengan sistem yang saya maksud adalah kesatuan berbagai kognisi di bawah satu ide. Ide ini adalah konsep yang diberikan dengan alasan-dari bentuk keseluruhan, sejauh konsepsi apriori menentukan batas tidak hanya isinya, tetapi tempat yang masing-masing bagiannya adalah untuk menduduki. Gagasan ilmiah mengandung, oleh karena itu, akhir dan bentuk keseluruhan yang sesuai dengan tujuan itu. Kesatuan akhir, yang semua bagian dari sistem berhubungan, dan melalui yang semua memiliki hubungan satu sama lain, berkomunikasi kesatuan untuk seluruh sistem, sehingga tidak adanya bagian dapat segera dideteksi dari pengetahuan kita tentang istirahat; dan apriori menentukan batas-batas sistem, sehingga tidak termasuk semua kontingen atau sewenang-tambahan. Demikian seluruh organisme (articulatio), dan bukan agregat (coacervatio); hal itu mungkin tumbuh dari dalam (per intussusceptionem), tetapi tidak dapat meningkatkan tambahan eksternal (per appositionem). Itu, dengan demikian, seperti tubuh hewan, pertumbuhan yang tidak menambahkan tungkai, tapi, tanpa mengubah proporsi mereka, membuat masing-masing dalam lingkup yang lebih kuat dan lebih aktif.


     Kami membutuhkan, untuk pelaksanaan suatu sistem ide, suatu skema, yaitu, konten dan susunan bagian-bagian ditentukan a priori oleh prinsip-prinsip yang bertujuan memberikan resep dari sistem. Sebuah skema yang tidak diproyeksikan sesuai dengan sebuah ide, yaitu, dari sudut pandang tujuan tertinggi akal, tetapi hanya secara empiris, sesuai dengan maksud dan tujuan tidak disengaja (jumlah yang tidak dapat ditentukan sebelumnya), dapat memberikan kita apa-apa lebih dari kesatuan teknis. Tetapi skema yang berasal dari sebuah ide (dalam hal ini memberi kita alasan bertujuan apriori, dan tidak tampak bagi mereka untuk mengalami), membentuk dasar persatuan architectonical. Sebuah ilmu pengetahuan, di acceptation tepat dari istilah tersebut. tidak dapat terbentuk secara teknis, yaitu, dari pengamatan kesamaan yang ada antara benda-benda yang berbeda, dan kontingen murni menggunakan kita membuat pengetahuan kita di concreto dengan merujuk kepada semua jenis sewenang-wenang bertujuan eksternal; konstitusinya harus architectonical dibingkai pada prinsip-prinsip, yang ini, komponen harus ditunjukkan untuk memiliki afinitas yang penting, dan akan mampu menjadi dideduksi dari satu tertinggi dan tujuan internal atau akhir, yang membentuk kondisi kemungkinan keseluruhan ilmiah. Skema dari suatu ilmu harus memberi apriori rencana itu (monogramma), dan pembagian dari keseluruhan menjadi bagian-bagian, sesuai dengan ide tentang ilmu pengetahuan, dan juga harus membedakan seluruh dari semua orang lain, menurut paham tertentu prinsip.


     Tak seorang pun akan berusaha untuk membangun suatu ilmu pengetahuan, kecuali jika ia memiliki ide untuk beristirahat sebagai dasar yang tepat. Namun, dalam pengembangan ilmu pengetahuan, ia menemukan bahwa skema, bukan, bahkan definisi yang pada awalnya memberikan ilmu, jarang sesuai dengan ide, karena ide ini terletak, seperti kuman, alasan kami, komponen berkembang dan bersembunyi bahkan dari pengamatan kecil sekali. Untuk alasan ini, kita harus menjelaskan dan mendefinisikan ilmu, tidak sesuai dengan deskripsi yang originator memberikan mereka, tetapi sesuai dengan ide yang kita temukan berbasis di akal itu sendiri, dan yang disarankan oleh kesatuan alamiah dari bagian-bagian ilmu sudah terkumpul. Karena itu akan sering bisa ditemukan bahwa pencetus ilmu dan bahkan penerus terbarunya tetap melekat pada gagasan yang keliru, yang mereka tidak dapat membuat jelas bagi diri mereka sendiri, dan bahwa dengan demikian mereka gagal dalam menentukan konten yang benar, artikulasi atau kesatuan sistematis, dan batas-batas ilmu pengetahuan mereka.


     Sangat disayangkan, hanya setelah menduduki diri untuk waktu yang lama dalam koleksi material, di bawah bimbingan sebuah ide yang terletak tidak berkembang di dalam pikiran, tetapi tidak sesuai dengan rencana pasti ada pengaturan-nay, hanya setelah kita telah menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam disposisi teknis bahan-bahan kami, apakah hal itu menjadi mungkin untuk melihat gagasan tentang ilmu pengetahuan dalam cahaya yang jelas, dan untuk proyek, menurut prinsip-prinsip architectonical, rencana dari keseluruhan, sesuai dengan tujuan alasan . Tampaknya sistem, seperti cacing tertentu, yang akan dibentuk oleh semacam generatio aequivoca-oleh pertemuan hanya konsepsi, dan untuk mendapatkan kelengkapan hanya dengan kemajuan waktu. Tetapi skema atau kuman dari semua terletak pada alasan; dan dengan demikian tidak hanya setiap sistem diatur sesuai dengan ide sendiri, tetapi semua disatukan dalam satu sistem besar pengetahuan manusia, di mana mereka membentuk anggota. Untuk alasan ini, adalah mungkin untuk membingkai arsitektonis kognisi dari semua manusia, pembentukan yang, pada saat ini, mengingat bahan besar dikumpulkan atau bisa ditemukan di puing-puing sistem lama, memang tidak akan menjadi sangat sulit. Kami Tujuan saat ini adalah semata-mata untuk membuat sketsa rencana arsitektonis semua kognisi diberikan oleh alasan murni, dan kita mulai dari titik di mana akar utama pengetahuan manusia terbagi menjadi dua, salah satunya alasan. Dengan alasan aku mengerti di sini seluruh kemampuan kognisi yang lebih tinggi, yang rasional ditempatkan berlawanan dengan empiris.

     Jika saya membuat abstraksi lengkap tentang isi kognisi, objektif dianggap, semua kognisi adalah, dari sudut pandang subjektif, baik historis atau rasional. Cognitio kognisi sejarah adalah mantan datis, rasional, cognitio mantan principiis. Apa pun dapat menjadi sumber asli dari sebuah kognisi, itu, dalam kaitannya dengan orang yang memilikinya, hanya sejarah, jika ia tahu hanya apa yang telah diberikan kepadanya dari kuartal lain, apakah pengetahuan yang dikomunikasikan dengan pengalaman langsung atau instruksi. Jadi Pribadi yang memiliki sistem belajar filsafat-mengatakan Wolfian-walaupun dia mempunyai pengetahuan yang sempurna dari semua prinsip-prinsip, definisi, dan argumen-argumen dalam filsafat, dan juga dari divisi yang telah dibuat dari sistem, benar-benar memiliki tidak lebih dari sebuah pengetahuan sejarah dari sistem Wolfian, dia hanya tahu apa yang telah diberitahu kepadanya, dengan pertimbangan yang hanya mereka yang ia terima dari guru-gurunya. Sengketa validitas definisi, dan dia benar-benar bingung untuk mencari yang lain . Dia telah membentuk pikiran pada orang lain, tetapi meniru fakultas tidak produktif. Pengetahuannya belum ditarik dari alasan; dan meskipun, objektif dipertimbangkan, itu adalah pengetahuan rasional, secara subyektif, itu hanyalah sejarah. Dia telah belajar ini atau itu filsafat dan hanyalah gips manusia yang hidup. Kognisi rasional yang objektif, yaitu, yang memiliki sumber dalam akal, bisa jadi disebut dari sudut pandang subjektif, hanya ketika mereka telah ditarik oleh individu sendiri dari sumber alasan, yaitu, dari prinsip-prinsip dan adalah dengan cara ini saja bahwa kritik, atau bahkan penolakan terhadap apa yang sudah dipelajari, dapat muncul dalam pikiran.


     Semua kognisi rasional, sekali lagi, baik yang didasarkan pada konsep-konsep, atau pada konsep-konsep pembangunan. Yang pertama disebut filosofis, yang terakhir matematika. Saya sudah menunjukkan perbedaan penting dari kedua metode kognisi dalam bab pertama. Sebuah kognisi dapat secara objektif dan subjektif filosofis historis-sebagaimana halnya dengan mayoritas ulama dan mereka yang tidak dapat melihat melampaui batas-batas sistem mereka, dan yang tetap dalam keadaan masa pendidikan sepanjang hidup mereka. Tapi ini luar biasa bahwa pengetahuan matematika, ketika berkomitmen untuk memori, berlaku, dari sudut pandang subjektif, sebagai pengetahuan rasional juga, dan bahwa perbedaan yang sama tidak dapat ditarik di sini seperti dalam kasus kognisi filosofis. Alasannya adalah bahwa satu-satunya cara untuk mencapai pengetahuan ini adalah melalui prinsip-prinsip penting akal, dan dengan demikian ia selalu yakin dan tidak terbantahkan; karena alasan yang bekerja di concreto-tapi pada saat yang sama apriori-yaitu, dalam murni dan Oleh karena itu, salah intuisi dan dengan demikian semua penyebab ilusi dan kesalahan yang dikecualikan. Dari semua ilmu-ilmu apriori akal, oleh karena itu, matematika saja bisa dipelajari. Filsafat-kecuali berada pada cara-historis tidak bisa dipelajari, kita dapat paling banyak belajar untuk berfilsafat.


     Filsafat adalah sistem dari semua filosofis kognisi. Kita harus menggunakan istilah ini dalam pengertian objektif, jika kita mengerti dengan hal itu pada pola dasar dari semua upaya berfilsafat, dan standar yang semua filsafat subjektif harus dihakimi. Dalam pengertian ini, filsafat hanyalah ide dari kemungkinan ilmu pengetahuan, yang tidak ada di concreto, tetapi yang kita berusaha dalam berbagai cara untuk perkiraan, sampai kita telah menemukan jalan yang benar untuk mengejar-jalan ditumbuhi oleh kesalahan dan ilusi masuk akal-dan gambar sampai sekarang kami telah sia-sia berusaha membentuk telah menjadi salinan yang sempurna prototipe besar. Sampai saat itu, kita tidak bisa belajar filsafat itu tidak ada; jika tidak, di mana itu, yang memiliki itu, dan bagaimana kita tahu itu? Kita hanya bisa belajar berfilsafat, dalam kata lain, kita hanya dapat melaksanakan kekuasaan kita penalaran sesuai dengan prinsip-prinsip umum, mempertahankan pada saat yang sama, hak menyelidiki sumber-sumber prinsip-prinsip ini, pengujian, dan bahkan menolak mereka.


     Sampai saat itu, kami konsepsi filsafat skolastik hanyalah konsepsi-konsepsi, yaitu sebuah sistem kognisi yang kami coba untuk menguraikan menjadi sebuah ilmu; semua yang kita tahu saat ini menjadi kesatuan sistematis kognisi ini, dan akibatnya logis kelengkapan kognisi akhir yang dikehendaki. Tapi ada juga cosmical pembuahan (konsepsi cosmicus) filsafat, yang selalu membentuk dasar benar istilah ini, terutama ketika filsafat itu dipersonifikasikan dan disajikan kepada kita dalam ideal seorang filsuf. Dalam pandangan ini filsafat adalah ilmu tentang hubungan antara semua kognisi ke puncak dan tujuan penting nalar manusia (teleologia rationis humanae), dan filsuf bukan hanya seorang seniman-yang menempati diri dengan konsep-konsep-tetapi pemberi hukum, legislatif untuk manusia alasan. Dalam arti kata, itu akan berada di tingkat tertinggi arogan untuk menganggap gelar filsuf, dan berpura-pura bahwa kami telah mencapai kesempurnaan prototipe yang terletak dalam gagasan saja.


     Ahli matematika, filsuf alam, dan logika-soever sejauh mungkin pertama maju dalam rasional, dan kedua terakhir dalam filsafat pengetahuan-adalah semata-mata seniman, terlibat dalam penyusunan dan pembentukan konsep-konsep mereka tidak bisa disebut filsuf. Di atas mereka semua, ada guru yang ideal, yang mempekerjakan mereka sebagai instrumen untuk kemajuan tujuan penting akal manusia. Dia sendiri dapat kita sebut filsuf, tapi dia mana-mana ada. Tapi gagasan-Nya kekuasaan legislatif berada dalam pikiran setiap orang, dan itu sendiri mengajarkan kepada kita apa yang sistematis tuntutan filsafat persatuan mengingat tujuan akhir alasan. Gagasan ini, oleh karena itu, sebuah konsepsi cosmical .*

* Dengan sebuah cosmical konsepsi, maksud saya di mana semua orang selalu menaruh minat, tujuan dari sebuah ilmu harus sesuai ditentukan menurut konsep-konsep skolastik, jika dianggap hanya sebagai alat untuk sewenang-wenang tertentu diusulkan berakhir.


     Dalam pandangan lengkap kesatuan sistematis alasan, hanya ada satu tujuan terakhir dari segala kegiatan pikiran. Untuk ini semua bertujuan lain adalah bawahan, dan tidak lebih dari sarana untuk pencapaian. Akhir akhir ini adalah tujuan manusia, dan filsafat yang berkaitan dengan itu disebut filsafat moral. Posisi superior ditempati oleh filsafat moral, di atas semua bidang-bidang lain untuk alasan operasional, menunjukkan cukup alasan mengapa yang dahulu selalu termasuk ide-dan dalam cara utama-dari moralis dalam filsuf. Bahkan pada masa kini, kami menelepon pria yang tampaknya memiliki kekuatan pemerintahan sendiri, bahkan meskipun mungkin pengetahuannya sangat terbatas, dengan nama filsuf.

     Undang-undang akal manusia, atau filsafat, memiliki dua objek-alam dan kebebasan-dan dengan demikian tidak hanya berisi hukum-hukum alam, tetapi juga etika, pada awalnya dalam dua sistem yang terpisah, yang akhirnya menyatu menjadi satu sistem filsafat besar kognisi. Filsafat alam yang berkaitan dengan itu adalah, bahwa etika dengan yang seharusnya.


     Tapi semua filsafat adalah baik kognisi berdasarkan akal murni, atau nalar kognisi berdasarkan prinsip-prinsip empiris. Yang pertama disebut murni, yang terakhir filsafat empiris.


     Filosofi dari Alasannya adalah murni propaedeutic baik, yaitu, sebuah penyelidikan atas kekuatan akal dalam hal kognisi murni apriori, dan disebut filsafat kritis atau itu, kedua, sistem-alasan murni berisi suatu ilmu yang sistematis presentasi dari seluruh tubuh pengetahuan filosofis, benar serta ilusi, yang diberikan oleh akal murni-dan disebut metafisika. Nama ini mungkin, bagaimanapun, harus juga diberikan kepada seluruh sistem filsafat murni, termasuk filsafat kritis, dan dapat menunjuk penyelidikan sumber-sumber atau kemungkinan a priori kognisi, serta presentasi dari kognisi apriori yang membentuk suatu sistem filsafat murni-termasuk, pada saat yang sama, semua unsur-unsur empiris dan matematika.




     Metafisika dibagi menjadi bahwa dari spekulatif dan bahwa dari penggunaan praktis akal murni, dan, sesuai, baik metafisika alam, atau metafisika etika. Yang pertama berisi semua prinsip-prinsip rasional-murni didasarkan pada konsep-konsep sendiri (dan dengan demikian tidak termasuk matematika) - dari semua teori kognisi; yang terakhir, prinsip-prinsip yang menentukan dan mengharuskan semua tindakan apriori. Sekarang filsafat moral saja berisi kode hukum-untuk peraturan-tindakan kami yang sepenuhnya dideduksi dari prinsip-prinsip apriori. Oleh karena itu metafisika etika adalah satu-satunya filsafat moral murni, karena tidak didasarkan pada antropologi atau pertimbangan empiris lainnya. Yang metafisika spekulatif Alasannya adalah apa yang sering disebut metafisika dalam pengertian yang lebih terbatas. Tetapi sebagai filsafat moral benar murni merupakan bagian dari sistem kognisi ini, kita harus membiarkan itu untuk mempertahankan nama metafisika, meskipun tidak diperlukan bahwa kita harus bersikeras agar terming dalam diskusi kita sekarang.


     Ini adalah yang paling penting untuk memisahkan orang-kognisi yang berbeda dari orang lain, baik dalam bentuk natura dan dalam asal-usul, dan untuk mengambil hati-hati bahwa mereka tidak bingung dengan orang-orang yang mereka umumnya ditemukan terhubung. Apa yang dilakukan ahli kimia dalam analisis bahan, apa yang matematikawan dalam matematika murni, adalah, dalam satu tingkat lebih tinggi, tugas para filsuf, bahwa nilai masing-masing berbeda kognisi, dan bagian yang diperlukan dalam operasi pikiran, dapat didefinisikan dengan jelas. Akal manusia tidak pernah menginginkan metafisika semacam, karena mencapai kekuatan pikiran, atau lebih tepatnya refleksi; tetapi tidak pernah mampu mempertahankan bola ini berpikir dan kognisi murni dari segala campuran unsur-unsur asing. Gagasan tentang ilmu semacam ini setua spekulasi itu sendiri; dan apa pikiran tidak berspekulasi-baik dalam akademis atau dalam mode populer? Pada saat yang sama, harus diakui bahwa profesi para pemikir dengan jelas tidak mampu untuk menjelaskan perbedaan antara kedua unsur kognisi kita-yang benar-benar apriori, aposteriori yang lain, dan karena itu definisi yang tepat yang aneh kognisi, dan dengan itu hanya gagasan tentang ilmu yang telah begitu lama dan begitu dalam terlibat perhatian pikiran manusia, belum pernah didirikan. Ketika dikatakan: "Metafisika adalah ilmu tentang prinsip-prinsip pertama kognisi manusia, "definisi ini tidak menonjolkan suatu keganjilan dalam jenis, tetapi hanya perbedaan derajat; prinsip-prinsip pertama ini dengan demikian dinyatakan sebagai lebih umum daripada yang lain, tetapi tidak ada perbedaan kriteria dari prinsip-prinsip empiris diberikan. Dari jumlah tersebut ada yang lebih umum, dan karenanya lebih tinggi, daripada yang lain, dan-seperti yang kita tidak dapat membedakan apa yang benar-benar apriori dari apa yang dikenal sebagai aposteriori-mana kita menarik garis yang memisahkan lebih tinggi dan begitu - disebut prinsip-prinsip pertama, dari bawah dan prinsip-prinsip bawahan kognisi? Apa yang akan dikatakan jika kami diminta untuk menjadi puas dengan sebuah divisi dari zaman dunia ke dalam abad-abad sebelumnya dan mereka yang mengikuti mereka? "Apakah kelima, atau abad kesepuluh milik abad sebelumnya?" itu akan diminta. Dengan cara yang sama saya bertanya: Apakah konsepsi milik ekstensi metafisika? Anda menjawab, "Ya." Yah, itu tubuh juga? "Ya." Dan bahwa dari cairan tubuh? Anda berhenti, Anda tidak siap untuk mengakui hal ini, sebab jika Anda melakukannya, segalanya akan menjadi milik metafisika. Dari sini jelas bahwa hanya tingkat subordinasi-dari yang khusus ke yang umum tidak dapat menentukan batas-batas ilmu, dan bahwa, dalam kasus ini, kita harus berharap untuk menemukan perbedaan dalam konsep-konsep metafisika, baik dalam bentuk natura dan asal. Ide dasar metafisika tertutup di sisi lain oleh fakta bahwa semacam ini a priori kognisi menunjukkan kesamaan dalam karakter tertentu dengan ilmu matematika. Keduanya memiliki properti yang sama untuk memiliki asal apriori tetapi, di satu, pengetahuan kita didasarkan pada konsep-konsep, di lain, pada konsep-konsep pembangunan. Jadi memutuskan ketidaksamaan antara filsafat dan matematika kognisi yang keluar-sebuah ketidaksamaan yang selalu merasa, tetapi yang tidak dapat dilakukan karena ingin berbeda dari suatu wawasan ke dalam kriteria perbedaan. Dan dengan demikian itu terjadi bahwa, sebagai filsuf sendiri gagal dalam pengembangan tepat gagasan sains mereka, perluasan dari ilmu pengetahuan tidak bisa melanjutkan dengan tujuan yang jelas, atau di bawah bimbingan dapat dipercaya. Dengan demikian juga, filsuf, tidak mengetahui jalan mereka harus mengejar dan selalu bertengkar dengan satu sama lain mengenai penemuan-penemuan yang masing-masing menegaskan ia telah membuat, membawa ilmu mereka ke dalam kehinaan dengan seluruh dunia, dan akhirnya, bahkan di antara mereka sendiri.


     Semua murni sebuah bentuk kognisi apriori Oleh karena itu, dalam pandangan staf pengajar yang berasal aneh itu, yang aneh dan kesatuan yang berbeda, dan metafisika adalah istilah yang diterapkan pada filsafat yang mencoba untuk menyatakan bahwa kognisi dalam kesatuan sistematis ini. Spekulatif bagian dari metafisika, yang disesuaikan terutama sebutan ini-yang yang telah kita disebut metafisika alam-dan yang mempertimbangkan segala sesuatu, seperti yang (bukan sebagaimana seharusnya), dengan cara apriori konsepsi, terbagi dalam cara berikut.


     Metafisika, di acceptation lebih terbatas dari istilah, terdiri dari dua bagian-transendental filsafat dan fisiologi alasan murni. Mantan menyajikan sistem semua konsepsi dan prinsip-prinsip yang termasuk ke dalam pemahaman dan alasan, dan yang berhubungan dengan benda-benda pada umumnya, tetapi tidak untuk diberikan benda tertentu (Ontologia); yang terakhir telah alam untuk subjek-materi, yaitu , jumlah benda-apakah yang diberikan diberikan kepada indra, atau, jika kita akan, untuk beberapa jenis lain intuisi-dan sesuai fisiologi, meskipun hanya rationalis. Tetapi penggunaan akal dalam fakultas ini cara rasional tentang alam baik fisik maupun hyperphysical, atau, lebih tepat berbicara, imanen atau transenden. Yang pertama berkaitan dengan alam, sejauh pengetahuan kami mengenai hal itu dapat diterapkan dalam pengalaman (in concreto); yang terakhir untuk hubungan dari objek pengalaman, yang melampaui semua pengalaman. Transenden fisiologi telah, sekali lagi, internal dan eksternal sehubungan dengan objek, baik, bagaimanapun, melampaui mungkin pengalaman pertama adalah fisiologi alam secara keseluruhan, atau transendental kognisi dunia, yang terakhir tentang hubungan seluruh alam dengan berada di atas alam, atau kognisi transendental Allah.


     Imanen fisiologi, sebaliknya, menganggap alam sebagai jumlah dari semua obyek sensual, akibatnya, seperti yang disajikan kepada kita-tapi masih sesuai dengan kondisi apriori, karena berada di bawah alam ini saja yang dapat dipresentasikan kepada pikiran kita sama sekali . Objek imanen fisiologi dari dua macam: 1. Mereka dari indra eksternal, atau jasmani alam; 2. Objek pengertian internal, jiwa, atau, sesuai dengan konsep-konsep dasar kita, berpikir alam. Metafisika korporeal alam disebut fisika; tetapi, seperti yang seharusnya hanya berisi prinsip-prinsip apriori kognisi alam, kita harus istilahkan rasional fisika. Pemikiran metafisika alam disebut psikologi, dan untuk alasan yang sama harus dianggap hanya sebagai kognisi rasional jiwa.


     Dengan demikian keseluruhan sistem metafisika terdiri dari empat bagian utama: 1. Ontologi; 2. Rasional Fisiologi; 3. Rasional kosmologi; dan 4. Rasional teologi. Bagian kedua-yang dari alam rasional-doktrin dapat dibagi menjadi dua, Physica rationalis * dan psychologia rationalis.

* Tidak boleh menduga bahwa saya maksud dengan sebutan apa yang umumnya disebut Physica umumnya, dan yang bukan matematika dari filsafat alam. Untuk metafisika alam sangat berbeda dari matematika, tidak pula begitu kaya dengan hasil, meskipun merupakan hal yang sangat penting sebagai uji kritis penerapan pemahaman-kognisi murni dengan alam. Untuk mau dari bimbingan, bahkan matematikawan, mengadopsi gagasan-gagasan umum tertentu-yang, pada kenyataannya, metafisik-ramai secara tidak sadar alam teori-teori mereka dengan hipotesis, kesalahan yang menjadi jelas pada penerapan prinsip-prinsip metafisika ini, tanpa merugikan Namun, dengan tenaga matematika dalam bidang ini kognisi.
 
    Ide dasar dari suatu filsafat akal murni menentukan kebutuhan divisi ini, melainkan karena itu, architectonical-sesuai dengan tujuan tertinggi akal, dan bukan hanya teknis, atau sesuai dengan sengaja-diamati tertentu ada kesamaan antara bagian-bagian yang berbeda seluruh ilmu pengetahuan. Untuk alasan ini, juga, adalah pembagian kekal dan otoritas legislatif. Tetapi pembaca dapat melihat di dalamnya beberapa poin yang ia harus menyatakan keberatan, dan yang dapat melemahkan keyakinannya dari kebenaran dan legitimasi.

     Di tempat pertama, bagaimana saya bisa keinginan apriori metafisika kognisi atau objek, sejauh mereka diberikan aposteriori? dan bagaimana mungkin untuk cognize hakikat segala sesuatu sesuai dengan prinsip-prinsip apriori, dan untuk mencapai fisiologi rasional? Jawabannya adalah ini. Kita ambil dari pengalaman tidak lebih daripada yang diperlukan untuk menyajikan kita dengan obyek (pada umumnya) dari eksternal atau dari perasaan internal, dalam kasus yang pertama, oleh konsepsi hanya materi (benda mati tertembus dan ekstensi), pada akhir, oleh konsepsi berpikir yang-diberikan dalam internal representasi empiris, saya kira. Sedangkan sisanya, kita harus bukan karyawan dalam metafisika dari benda-benda ini semua prinsip-prinsip empiris (yang menambah isi konsepsi kita melalui pengalaman), untuk tujuan pembentukan oleh bantuan mereka menghargai setiap penilaian objek-objek ini.


     Kedua, tempat apa yang akan kita tetapkan untuk psikologi empiris, yang selalu dianggap sebagai bagian dari metafisika, dan dari yang pada waktu kita filosofis penting seperti hasil yang diharapkan, setelah harapan untuk membangun sebuah sistem apriori pengetahuan telah ditinggalkan? Aku menjawab: Ini harus ditempatkan di sisi fisika atau fisika empiris yang tepat, yaitu harus dianggap sebagai bagian dari pembentukan diterapkan filsafat, prinsip-prinsip apriori yang terkandung dalam filsafat murni, yang oleh karenanya terhubung, meskipun tidak boleh bingung, dengan psikologi. Psikologi empiris oleh karena itu harus diusir dari wilayah metafisika, dan memang dikecualikan oleh ide bahwa ilmu pengetahuan. Sesuai Namun, dengan penggunaan skolastik, kita harus mengizinkannya untuk menempati tempat dalam metafisika-tetapi hanya sebagai sebuah lampiran untuk itu. Kami mengadopsi saja dari motif ekonomi; sebagai psikologi tidak belum cukup untuk menduduki penuh perhatian kita sebagai studi independen, sementara itu, pada saat yang sama, yang juga sangat penting untuk sepenuhnya dikecualikan atau ditempatkan di mana masih kurang afinitas dari yang telah dengan subjek metafisika. Ini adalah orang asing yang telah lama tamu dan kita membuatnya bisa tinggal, sampai dapat mengambil tempat tinggal yang lebih cocok dalam sistem lengkap antropologi-gantung ke empiris fisika.


     Di atas adalah ide umum mengenai metafisika, yang lebih diharapkan dari itu daripada yang dapat dicari dengan keadilan, dan ketika harapan itu menyenangkan ini sayangnya tidak pernah menyadari, jatuh ke dalam kehinaan umum. Kritik kita harus memiliki pembaca sepenuhnya yakin bahwa, meskipun metafisika tidak dapat membentuk dasar agama, itu harus selalu menjadi salah satu benteng yang paling penting, dan bahwa akal manusia, yang tentu saja mengejar dialektis, tidak dapat melakukannya tanpa ilmu ini, yang memeriksa nya kecenderungan dialektika dan, dengan meninggikan alasan untuk ilmiah dan jelas pengetahuan diri, mencegah kerusakan yang alasan spekulatif yang durhaka akan sesat komit dalam bidang moral dan juga dalam agama. Kita bisa yakin bahwa, oleh karena itu, apa pun yang dapat dilemparkan penghinaan atas metafisika oleh mereka yang menilai tidak ilmu oleh alam sendiri, melainkan sesuai dengan efek kebetulan hal itu mungkin karena diproduksi, bahwa tidak pernah dapat sepenuhnya ditinggalkan, bahwa kita harus selalu kembali untuk itu sebagai seorang kekasih yang telah selama beberapa waktu terasing, karena pertanyaan yang bertunangan itu berhubungan dengan tujuan tertinggi manusia, dan akal harus selalu tenaga kerja itu baik untuk mencapai menetap dilihat dalam kaitannya dengan ini, atau untuk menghancurkan orang yang lain telah ditetapkan.


     Metafisika, oleh karena itu-itu alam, dan juga bahwa etika, tapi dalam cara khusus kritik yang membentuk propaedeutic untuk semua operasi akal-bentuk departemen benar bahwa pengetahuan yang dapat disebut, dalam arti sebenarnya dari kata, filsafat. Jalan yang mengejar adalah bahwa ilmu pengetahuan, yang ketika itu pernah ditemukan, tidak pernah hilang, dan tidak pernah menyesatkan. Matematika, ilmu alam, pengalaman bersama laki-laki, memiliki nilai yang tinggi sebagai sarana, untuk sebagian besar, disengaja berakhir-tapi juga akhirnya, kepada orang yang diperlukan dan penting bagi eksistensi kemanusiaan. Tetapi untuk membimbing mereka menuju tujuan tinggi ini, mereka membutuhkan bantuan kognisi rasional atas dasar konsep-konsep murni, yang, entah itu disebut sebagai hal itu mungkin, adalah tidak benar, tetapi metafisika 

    Untuk alasan yang sama, metafisika juga bentuk penyelesaian budaya akal manusia. Dalam hal ini, itu sangat diperlukan, menyisihkan sama sekali pengaruh yang diberikan sebagai ilmu. Bagi para subjek-materi adalah unsur-unsur dan prinsip-prinsip tertinggi akal budi, yang membentuk dasar dari beberapa kemungkinan ilmu pengetahuan dan penggunaan semua . Itu, sebagai spekulatif murni ilmu pengetahuan, adalah lebih berguna dalam mencegah kesalahan daripada perluasan pengetahuan, tidak mengurangi nilainya, sebaliknya, kantor tertinggi sensor yang menempati meyakinkan ke otoritas tertinggi dan penting. Itu mengelola kantor ini untuk tujuan mengamankan ketertiban, keselarasan, dan kesejahteraan bagi ilmu pengetahuan, dan mengarahkan yang mulia dan kerja keras berbuah setinggi mungkin untuk tujuan-kebahagiaan semua umat manusia.








http://www.rbjones.com/rbjpub/philos/classics/kant










 REFERENSI........







      ( Rizqi Syahrul Muharram ( 20308040 ), 2TB01 )
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar